CATATAN MUFSIDUL LUGHAH
Oa, saat itu aku di pesantren Dayah Terpadu
Al-muslimun ketika menimba ilmu agama dan umum disana. Sekolah menengah
pertamaku kuhabiskan di madrasah tsanawiyah. Sebenarnya memang sama, setingkat
dan sederajat. Kami tinggal di asrama bersama 3 teman laki-laki lainnya. Ada
Mahmuddin, Munar, dan Abdul Aziz di rayon (asrama) yang bernama Abu Hurairah. Mereka
adalah teman-teman yang baik. Kalau tidak salah ketika itu Aku masih duduk di
kelas dua MTs di pesantren tercinta. Kamar kami tidaklah luas hanya 3x3 meter
saja. Hampir sama dengan gubuk derita ku saat ini, kost para mahasiswa. Tapi
Aku mensyukurinya. Aku tidur diranjang bagian atas. Ranjang kami
masing-masing bertingkat dua dan lemari 4
pintu juga dikasih satu berdua.
Kita kembali tulisan misterius yang berwarna
merah, kebetulan malam itu aku tidak mempunyai pena tinta hitam. Walau
demikian, sebelum tidur tanpa diketahui teman-teman sekamar aku pun menulisnya.
Kutorehkanlah kata-kata, kalimat berikut ini :
Saya melanggar bahasa sudah 5 kali. Saya diberdirikan dan dipermalukan dilapangan putri karena Saya nggak mau berbahasa resmi, bahasa Arab dan bahasa Inggris. Apakah hari ini yang sial bagi kehidupan saya di dayah Almuslimun. Saya dipermalukan dengan memakai pamplet yang bertuliskan ‘Mufsidul Lughah’ yang artinya perusak bahasa. Saya kira saya mau ditempeleng di depan para wali santri.
Tulisanku ketika itu kalau dipikir-pikir
begitu hancur. Bahasa Indonesianya saja berbatang-batang. Seperti kambing yang
naik diatas batu atau sedang memanjat pohon kelapa. Lucu sekali kalau di
ingat-ingat. Apalagi mau berkomunikasi dengan bahasa asing, bahasa Arab dan
bahasa Inggris itu pastinya akan lebih ribet. Pusing tujuh kali keliling. Cukup
berkesan sekali ketika itu.
Peristiwa penting yang berwarna merah itu
memang pernah terjadi. Saya melanggar peraturan pesantren. Berbicara bahasa
daerah yakni bahasa Aceh di dalam kamar bersama teman. Akibatnya saya di catat
oleh saksi mata, spyer aku menyebutnya. Pengintip dan penguping
percakapan orang-orang di pesantren. Jika ada yang kedapatan berbahasa aneh
selain Arabic dan English maka tunggulah panggilan di waktu malam
usai shalat Isya. Setiap yang melanggar maka akan diadili di meja Mahkamah
Bahasa oleh Qismul Lughah Organisasi Santri Dayah Almuslimun (OPDM).
Belajar Bahasa Asing adalah salah satu point
penting yang harus dipelajari di pesantren Almuslimun, karena dengan bahasa
tersebut kita lebih mudah mempelajari ilmu agama yang lebih lengkap dan juga
pengetahuan umum berbahasa Inggris. Kami memiliki tingkatan dalam berbahasa.
Santri baru misalnya boleh berbahasa Indonesia selama 6 bulan, setelahnya maka
wajib berbahasa Arab maupun bahasa Inggris. Sanksi yang diberikan cukup
mendidik dan membuat kita patuh pada aturan. Bagi yang melanggar sanksi yang
dikenakan bisa bermacam-macam mulai dari peringatan untuk orang yang pertama
kali kedapatan, di hajar pakai sajadah bagi yang dua malam berturut-turut,
tendangan si Madun jika berkata kotor, dipukul pakai besi jemuran, dan jika
masih berbahasa daerah dalam catatan buku pelanggaran bahasa sudah 5 kali maka
jalan terakhir adalah dipermalukan di tempat cewek dengan memakai karton
bertuliskan perusak bahasa dalam bahasa Arab yang digantung di leher seperti
mahasiswa-mahasiswa yang lagi di OSPEK. Kemudian disuruh pula keliling lapangan
asrama putri. Aduh, mau dibawa kemana muka diriku ini. Aku memang tak mengenal
para santri putri tapi, sedikit banyak mereka masih mengenaliku. Bisa dikatakan
aku santri teladan disana. Aku sering terpilih sebagai pembaca Undang-undang
Dasar ’45 pada kegiatan upacara hari senin. Para dewan guru, kepala sekolah
baik itu dari MA maupun MTs, ketua yayasan, santriwan, dan juga santriwati di
lapangan putrilah kami berkumpul. Berbeda sekali dengan masalah berbahasa resmi
akulah pembangkangnya.
Sungguh indah, inilah segelintir kisah tentang
tulisan misterius berwarna merah di buku catatan pribadiku dulu. Walau
sebenarnya tidak bagus-bagus amat, tapi mampu melahirkan kembali memoriku dulu.
Rasanya Aku hidup kembali di dalam tulisanku. Maka belajarlah kawan, jangan
pernah menyerah untuk mencoba. Patuhi aturan dan lakukan sesuatu bukan dengan
keterpaksaan, tapi dengan kesungguhan dan keyakinan hingga kau berhasil
menggapainya. Semoga saja belum terlambat kau menyesal. Bertaubatlah ! Muhammad
Wali