TIDAK HILANG SEBUAH NAMA
Kemarin, ketika sore mulai senja, langit dan awan berwarna
kuning dan merah muda. Aku mulai membuka sebuah buku novel bergenre misteri. Buku
ini ku dapat dari rak-rak buku adikku. Judulnya TIDAK HILANG SEBUAH NAMA yang
ditulis Galang Lufityanto. Ukuran dan
ketebalan masing-masing 19,5 cm dan xiv+202 halaman. Kertas yang digunakan adalah HVS berwarna
putih. Cover-nya dominan berwarna merah dan kehitaman, kurang menarik di
covernya tapi isinya bagus. Diterbitkan oleh PT ERA ADICITRA INTERMEDIA pada
maret 2008 (cetakan pertama).
Aku pun menelusuri beberapa halaman dan membaca dengan
tekun memahami kalimat dan pilihan kata yang sederhana. Begitu menarik.
Novel berjudul Tidak Hilang Sebuah Nama karya Galang
Lufityanto ini mengangkat tema dendam dalam persaudaraan kembar. Kedua tokoh
utama novel ini, yaitu Odive dan Olive Crooks memiliki nasib dan sifat berbeda.
Odive Crooks mengalami kecelakaan yang mengakibatkan wajah sebelah kanannya
rusak, sehingga selama dua tahun dia tidak mau keluar dari apartemen tempat dia
dan Olive tinggal. Hal itu membuat dirinya menjadi seorang gadis yang pendiam,
dingin, dan tidak menyenangkan. Diam-diam dia menyimpan iri dan dendam terhadap
kembarannya karena kembarannya tidak bernasib seperti dia. Suatu hari, Odive
berusaha untuk melukai wajah Olive agar sama seperti dirinya. Tapi, karena
kembarannya yang telah menjadi mualaf itu mengelak, secara tak sengaja belati
yang dipegang Odive menancap di leher Olive. Dan dari sebuah surat yang datang
dari sahabat Olive, Odive akhirnya tahu bahwa Olive telah menyiapkan biaya yang
besar untuk Odive untuk melakukan operasi plastik. Odive benar-benar menyesal
telah membunuh Olive. Akhirnya ia memutuskan untuk berpura-pura menjadi Olive
untuk mengelabui teman-teman Olive. Dan karena ia tidak mau orang lain tahu
bila Olive mati, maka mayat Olive dibaringkan di bath tub kamar mandi
apartemennya dan diberi cairan formalin agar mayatnya awet. Tapi suatu hari,
ada yang mencuri mayat Olive.
Plot dan settingnya bagus. Dengan keindahan kota-kota di
Australia. Ada satu poin yang pembaca kurang suka dari novel ini yaitu
ending-nya mulus-mulus saja bagi si Odive, ketika sudah keluar dari penjara.
Harusnya ada konflik dan musibah lagi bagi si Odive yang telah berbuat jahat
terhadap adik kembarnya sendiri.
Buku tetap yang layak dibaca. Aku mampu membacanya sekali
lahab dan hanya berhenti ketika hendak sholat dan makan. Habis dibaca sekali
duduk kita akan di buat penasaran dengan kelanjutan-kelanjutan ceritanya.
Selamat membaca.
COMMENTS