Novel setebal 278 halaman ini ditulis oleh Adhytia Mulya dan diterbitkan pertama kali oleh Gagas Media di Jakarta juni tahun 2014. Dengan gaya bahasa yang lugas, jelas, mudah dicerna pikiran ketika membaca, buku ini telah memotivasi saya untuk menulis malam ini juga ketika usai membacanya. Saya begitu antusias sekali untuk segera merangkaikan kata-kata dalam memahami dan mencerna kembali apa yang saya baca dan apa yang bisa saya ambil pelajaran dari buku novel Sabtu Bersama Bapak ini.
Sebuah cerita yang luar biasa
akhirnya bisa kuselesaikan pada pukul 22.20 Wib malam ini. Sebuah kisah
tentang seorang pemuda yang sedang
mencari cinta. Juga tentang seorang pria yang belajar menjadi bapak dan suami yang
baik. Tentang seorang ibu yang membesarkan anak-anaknya dengan penuh kasih. Dan
tentang seorang bapak yang meninggalkan banyak pesan dan berjanji selalu ada
bersama mereka. Semuanya terangkum dan terangkai dengan kata-kata indah dan juga dibalut dengan humor dalam
novel ini. Membuat pembaca seperti saya akhirnya terbang ikut masuk bersama
tokoh-tokoh di dalamnya.
Sumber: Dokumentasi Pribadi |
Novel setebal 278 halaman ini ditulis
oleh Adhytia Mulya dan diterbitkan pertama kali oleh Gagas Media di Jakarta juni
tahun 2014. Dengan gaya bahasa yang lugas, jelas, mudah dicerna pikiran ketika
membaca, buku ini telah memotivasi saya untuk menulis malam ini juga ketika
usai membacanya. Saya begitu antusias sekali untuk segera merangkaikan
kata-kata dalam memahami dan mencerna kembali apa yang saya baca dan apa yang
bisa saya ambil pelajaran dari buku novel Sabtu Bersama Bapak ini.
Cerita dimulai dari sebuah kamar.
Seorang bapak yang bernama Gunawan Garnida mempunyai ide untuk merekam
pesan-pesan dalam bentuk video yang kelak anak-anak dan istrinya butuhkan. Dengan sebuah handycam
ia mulai mengarahkan lensa kamera tersebut ke arahnya layaknya youtuber.
Gunawan adalah tokoh sentral yang hidup dalam lembaran-lembaran dan cuplikan
kisah berikutnya namun ia harus meninggal karena kanker yang dideritanya.
Beliau percaya akan tujuan hidup untuk bermanfaat untuk orang lain dan ia juga ingin
tetap bisa mendampingi hidup Cakra, Satya, serta Itje Garnida, istrinya.
Mendampingi tidak harus selalu bersama dan hidup nyata.
Patut diacungi jempol kepada
penulis novel ini. Saya sangat suka ketika semua konflik yang dialami Cakra dan
Satya selalu ada hubungan erat dengan pesan-pesan yang sengaja dibuat oleh pak
Gunawan dan bu Itje sebagai kameramen yang menentukan waktu yang tepat dan pesan apa yang sesuai ditonton oleh kedua
anaknya.
Saat dewasa kehidupan nasib Cakra
tak seberuntung dan seindah yang dialami Satya, kakaknya. Alumni Geologi UnPad
ini lebih dulu menemukan permaisurinya, Rissa dan mereka juga telah memiliki 3
anak-Ryan, Miku dan Dani. Cakra yang bekerja sebagai Direktur micro finance di
sebuah bank masih menjomblo ketika usianya telah berkepala 3.
Ketika membaca buku ini, jujur
ya, saya juga kembali ingat pada Almarhum Bapak saya tentunya. Bapak saya yang
luar biasa pengorbanannya untuk keluarga. Beliau begitu berusaha keras melawan
penyakitnya demi kami. Menjaga pola makan dan apa saja yang dilarang untuk
dimakan dipatuhinya. Namun, penyakit itu tidak bisa menunggu lama. Bapak sulit
disembuhkan. Walau bapak begitu tegar dan sabar dengan penyakit ini dan
berusaha berobat kemana saja. Berusaha untuk tetap hidup dan mengasuh kami
anak-anaknya yang ramai. Akhirnya, Bapak dibuat menyerah dengan penyakit
diabetes melitusnya yang sudah berkomplikasi dengan penyakit lainnya. Bapak
kembali kepada-Nya hari sabtu tanggal 7 januari 2017 silam. Sudah 7 bulan ini
Bapak berada di alam lain. Hanya sesekali saja kami bertemu dengannya live di
alam mimpi. Setiap hari minggu biasanya kami bersama bapak. Ya, hampir sama
dengan judul buku ini. Bedanya kami setiap hari Minggu berziarah, membaca
yasinan di kuburnya. Hari Minggu adalah hari yang tepat bersama dengan Bapak.
Kebetulan hari minggu kami semua libur. Kesempatan bertemu dengan bapak tidak
kami sia-siakan. Kami sangat sayang pada
Bapak. Sudah barang tentu Bapak lebih sayang lagi pada Kami. Walau alam telah
berbeda do’a kami untuk Bapak akan selalu menyertai. Semoga Bapak tenang dan
damai di alam sana. Ampunilah dosa-dosa bapak kami, Ya Allah.
Membaca novel sabtu bersama bapak
ini telah mengajarkanku cara menjadi anak, mencari jodoh, dan menjadi bapak
idaman, mengerti cara membesarkan anak, bertanggung jawab untuk melindungi
anggota keluarga, dan mendidik anak dengan baik.
Yang paling keren dari novel ini penulis
juga membungkusnya dengan humor dari sisi karakter Cakra yang bocor, membuat
pembaca tertawa cekikikan sendirian. Cakra yang cerdas dan lucu. Meskipun layak
dibaca sama anak remaja. Tapi, ada juga guyonan 17 tahun keatas didalamnya.
Hati-hati, hehe. Pokoknya cerita dalam buku ini lucu, membuat saya baper karena
masih jomblo di usia yang ke 23, buku yang menghibur, dan mendidik. Seratus ponten
untuk Adhitya Mulya. Rekomendasi untuk Anda
yang ingin jadi anak yang cerdas, baik, pandai mencari jodoh, juga belajar jadi
bapak yang terbaik untuk anak dan istri. Selamat membaca. Semoga Anda akan berbahagia.
COMMENTS