Wisata Tak Terencana, Namun Kesampaian Juga
3 Hari yang lalu, hari-hari terakhir di kota Lhokseumawe sebelum pulang ke
kampung halaman, saya berkesempatan mengunjungi beberapa tempat wisata alam dan
situs peninggalan sejarah yang ada di Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe. Sungguh bahagia hati kurasa. Semua itu terjadi
diluar perencanaan berhari-hari dari saya sendiri. Perusahaan meminta Kami
untuk shoot beberapa gambar wisata-wisata yang ada di Aceh. Kami ditunjuk ke Waduk
Jeulikat, bukit goa jepang, dan makam raja-raja Samudera Pasai periode I dan
II. Tanpa berpikir panjang kami pun berdiri
dan beraksi mengunjungi segera.
Tempat-tempat wisata yang ingin dijajaki sudah di draft dengan baik
oleh Rahmat. Kami tinggal memilih yang mana dahulu yang harus dikunjungi. Waktu
kami begitu padat hari itu. Hari itu adalah hari senin bersamaan pula dengan
hari dimana kami harus mengejar-ngejar dosen guna meminta tanda tangan mereka
untuk pendistribusian laporan kerja praktek yang telah kami jilid dengan rapi.
Alhasil, perjuangan pengejaran dosen baru selesai pada jam 13.00 WIB. Agenda
selanjutnya, baru kami gunakan untuk melanjutkan tugas dan tanggung jawab
perusahaan tempat kami bekerja. Aku, Arie, Rahmat, dan Mulyadi adalah satu tim
multimedia, ahli editing gambar. Kami dititahkan untuk mengambil gambar
perpustakaan dan taman belajarnya Kampus Unimal Lhokseumawe. Selesai itu semua
pada jam 15.30, kami pun berlari kembali ke Bukit Indah mengantarkan sebuah
surat ke Ibu Mutmainnah. Beliau tidak ada ditempat dan beliau pun meminta kami
untuk menaruh di laci mejanya.
Pekerjaan surat-menyurat sudah selesai. Langit sudah petang sekitar jam 4
sore, kami kembali kantor dan melihat agenda selanjutnya. Sungguh hari yang
penuh aktivitas dan begitu melelahkan. Banyak cerita yang bisa diuraikan dari
hari senin ini saja. Aha.
Kami tidak membuang-buang waktu lagi. Sekarang waktunya mencari tahu dimana
waduk jeulikat berada. Anggota-anggota tim kami pun mengontak temannya
masing-masing dan aku sendiri lebih memilih yang praktis saja. Apa itu
kira-kira? murah, meriah, dan gak pakai ribet. Aku berselancar di lautan dunia
internet saja. Ada banyak cara dan banyak informasi yang up-to-date tentang
lokasi dan bagaimana sih sebenarnya waduk jeulikat itu. Aku mendapatinya ia
terindeks di mesin pencarian google halaman pertama. Aku senang dan gembira. Katanya
ia berada di desa jeulikat, dekat dengan markas brimob. Tak perlu banyak
informasi lagi. Kami pun bergegas agar tidak kemalaman pulang nanti. Sembari
rekreasi dan jalan-jalan sore kami pun bisa bekerja dengan senang hati.
Perjalanan kami tempuh melalui jalan Line Pipa di bukit indah, aku
berboncengan dengan Rahmat dan Mulyadi bersama dengan Arie, jalan terjal
berbukit-bukit dan berkelok-kelok harus kami lewati. Tapi cukup mudah karena
jalan beraspal semua. Tidak terlalu susah. Disamping jalan banyak tumbuh padang
ilalang dan kebun warga. Jika malam mungkin tempat seperti ini sangatlah
berbahaya. Tiada lampu yang menerangi di sepanjang jalan yang kita lalui. Aku
sendiri baru pertama kalinya ini. Setengah perjalanan Kami pun ragu arah jalan
menuju kemana. Mulyadi pun turun dan bertanya ke warga. Pertanyaan pun terjawablah sudah kami harus
menyusuri jalan ini terus kedepan hingga sampai ke persimpangan empat buloh
blang ara. Belok ke Kanan kemudian ada simpang empat lagi. Beloklah ke kiri
terus jalan sampai mendapati satu jembatan layang yang dibawahnya ada jalan
Line Pipa tadi. Lanjutkan perjalanannya hingga ke markas brimob. Begitulah
alamatnya Kami pun mencoba pergi. Beliau tak lupa menasehati Kami jika pulang
malam jangan melalui jalan yang tadi. Sungguh ditakuti takut terjadi apa-apa
dengan kami. Beliau ramah dan baik sekali. Tak takut tersesat lagi. Kami
mendapati seperti cerita warga tadi. Berarti sudah dekat tujuan kita. Bangunan-bangunan
berupa rumah-rumah dan pondok di sekitar Waduk yang baru dibangun sudah
menampakkan batang hidungnya. Kami pun menyusuri jalan perkampungan Jeulikat
itu.
Finally, Alhamdulillah Kami tiba di Waduk
Jeulikat sekitar jam setengah enam. Magrib hampir tiba. Sepeda motor di
parkirkan ditempatnya, tukang parkir meminta ongkos untuk jasanya hanya 5 ribu
saja. Katanya 15 menit lagi waduk akan ditutup karena waktu malam dan magrib
akan tiba.
Kami patuhi perkataannya dan bersegeralah kami ke lokasi yang pas untuk shoot
gambar pemandangan alam yang ada di waduk jeulikat. Ada banyak ga.mbar dan
beberapa lokasi waduk kami potret sore itu. Matahari mulai meninggalkan
peraduannya. Langit senja bertasbih kepada Tuhannya kini malam datang menjelma.
Habis terang datanglah gelap menyapa. Kami sudah lelah, perut lapar lupa makan
hilanglah gairah. Kami pun beristirahat di pondok. Kerongkongan terasa begitu
kering, kami dahaga malam sudah tidak ada lagi penjual makanan
ringan dan air-airan. Waktu mereka sudah shutdown semua.
Istirahatnya sudah cukup langit sudah menampakkan rembulan dan bintang
gemintang di seluruh penjuru langit.
Bertabur indah tanpa gantungan dan ikatan tali-talian. Sungguh keajaiban
MahaKarya Sang Pencipta alam semesta. Kunampakkan satelit buatan manusia berjalan di
rasi orion sana pada Mulyadi. Ku bercerita padanya tentang langit bisa seperti
kompas penunjuk arah. Dari rasi Orion aku mampu mengetahui arahnya itu adalah
tepat di garis khatulistiwa(ekuator bumi). Sabuk belt (3 bintang sejajar) yang
juga penunjuk arah kiblat untuk masyarakat yang ada di Indonesia. Subhanallah,
sungguh kuasa ilahi.
Setelah itu semua, sudah selesai cerita langitnya. Kami pun pulang dan
keluar dari Simpang buloh, dekat Cunda, Lhokseumawe. Kami lapar dan mencari
makanan dahulu. Lanjut setelah itu kami pun ke rumah si Arie, makan-makan dan
lanjut bekerja kembali. Melelahkan sekali perjuangan Kami.
Pukul 23.20 WIB Aku dan Rahmat baru tiba di kosan-ku yang ada di desa
Reuleut Timur. Kami pun tidur dan beristirahat hingga matahari kembali menyapa.
Laporan perjalanan ini akan berlanjut ke ->
COMMENTS